terdengar suara hujan mematuk punggung jalan,
terakota atap, selaput daun, dan tik-tok detik terbantun.
cahaya pun murung, langit muram
gagal mengumpan bianglala dari lubuk cuaca
“aku rindu mati, aku rindu
papan namaku kau paku di punggung pintu.
seperti engkau hujan
— aku selalu menunggu luruh di pelataran”
terdengar suara hujan menginjak rumput taman,
lantai trotoar, meniti kawat-kawat menjalar:
seakan pekik mualim memanggil,
membujuk bujang datang berlayar
“aku rindu ombakmu, aku rindu
bahasa laut yang fasih mengucap maut.
hujan, kau gurat sungai,
kau jadikan jalan, atas temali cinta
antara hulu dan muara.
hujan, ciptakan laut di atas dunia
biar manusia bersua hakikatnya”
terdengar suara hujan menjentik di air kolam,
gigil kerikil, dan bebatuan yang mengulum diam
— mungkin juga mengulum dendam
2007
Abimardha Kurniawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar