Senin, 15 Juli 2013

Andaru, 5



"oranye merah tua,
mataku buta disekap senja
hijau toska birunya muda,
tanganku lunglai diredam kala"

tiada bergelung lagi,
segala jalan lurus lempang
namun tak satupun pintu menjemputmu
untuk membuka tangis

sebutlah semua warna
saat malam masih berahim
berilah aku satu alamatmu
biar kutengok tangismu lagi
sembari kuudar sepenggal cerita
tentang sepasang lahat
yang aku siapkan,
tepat di bawah dipan

mendengarnya, pasti kau menggigil
walau tanpa rasa takut
selama menguku burung perkutut
rumahmu tak 'kan mati dirundung sepi

puisi menunggumu selalu
dari balik jendela
ia berparas bulan setengah jelaga
udara selalu memuai, andaru
bila pagi bermekaran
membawa gemaris surya
dari selasar pasar terbuka

maka sebutlah semua warna
saat malam masih berahim
laguku memeram nestapa
seolah subuh tak bercuaca
kau sebut jua warna di bait pertama:

"oranye merah tua,
hijau toska birunya muda..."


Surabaya, 2013


Abimardha Kurniawan

Andaru, 4



pulungnya cerlang di teras langit
aku berharap ia jatuh ke rumah
saat kucing-kucing tertidur
saat bintang disangka kunang

bercindai sinaran senja
dialah mata peronda yang berjaga
saat secangkir kopi menyisa uap
saat gardu lindap diserbu kuap

bersepuh teja dari suluh damar
dengan cermat, aku mengintaimu
saat setapak ditelan semak
saat beludak enggan beranjak

dan atas segala siasat rencana
pupus hasratku tak lagi rindu
saat nasib tak terhitung
saat takdir tak mendesir


Surabaya, 2013


Abimardha Kurniawan

Andaru, 3


"julun marala, julun sungsi
julun parkulu, julun manambo"

dengarlah suluk mantra itu
saat sunyi tak teduh lagi

"ripu manglila, ripu mabatu
ripu maraga, ripu mangabu"

setiap kata yang terdaras
darahnya sungguh mengguncang langit

"alo majulang, alo marambe
alo si raung, alo dirutu"

bintanglah ia di madya ratri
bersulih ia, tak kembali

"hila rupuku, hila si mala
hila mangapai, hila tabalai"

halimun menyekat bertabir
aku susut dirundung takdir

"esa si datu, esa si tuha
esa maraja, esa matamba"

tersebab ragu dalam sinarmu
sihir api berbebat kelambu

"hinu masiku, hinu matungku
hinu parlaka, hinu salaka"

dan aku segera pulang
meminang nasib, andaru
saat pejammu luruh ke cakrawala
batu pun mulai melagu cinta


Surabaya, 2013



Abimardha Kurniawan

Andaru, 2




ia dalam wajah sendu laut
siapa menyangka,
ialah tanah yang membuat pepohon renta
bergetah warna semangka

andaru, saat semua rasi bersulih
bolehlah orang merantau
ke arah ranah tak bersemak rami
yang teduh mawar sunyi,
andaipun ia tak berduri

senyum limun, segar mentimun
ia dan wajah sendu lautnya
tiba di ambang dermaga
mendaras tembang demi tembang
dalam kecamuk dan rasa bimbang:

"laguku laut untukmu
wahai pengelana, pulanglah segera
peluk ibu, mengusap peluhmu jua"


Yogyakarta, 2012



Abimardha Kurniawan